Beyond the Scientific Way

Fahmi Amhar Official Blog

Islam di Negeri Ashabul Kahfi

Tuesday, May 31st, 2011

Setelah  Tunisia  dan  Mesir,  kini  nyaris  seluruh negeri di Timur Tengah bergolak.  Sudah saatnya kita membahas negeri-negeri ini satu-satu, dari sudut  pandang  yang  lain.  Kerajaan  Hasyimiyah Yordania, (bahasa Arab: أردنّ , Urdunn), ialah sebuah negara di Timur Tengah yang berbatasan dengan Suriah  di  sebelah  utara,  Arab Saudi  di  timur  dan selatan, Irak di timur laut, serta Israel dan Tepi Barat di barat (seberang Laut Mati). Yordania menerima arus pengungsi  Palestina  selama  lebih  dari  60  tahun, menjadikannya  sebagai  penampung  pengungsi terbesar dunia. Menurut catatan PBB, ada sekitar 2 juta pengungsi Palestina dan sejak perang di Irak, jumlah ini bertambah sekitar 1 juta pengungsi Irak. Negara yang miskin bahan tambang ini mengimpor minyak dari tetangganya.

Yordania sebelum Perang Dunia I adalah sebuah provinsi  Khilafah  Utsmaniyah,  kemudian  menjadi jajahan  Inggris,  sebelum  akhirnya  diberi “kemerdekaan”  pada  tahun  1946.  Penduduknya sekitar 6,5 juta orang dengan luas wilayah hanya 92.300 km2 (sebesar Provinsi Sumsel).  Wilayah ini sebagian adalah padang pasir sehingga kota-kotanya relatif berpenduduk padat.

Meski demikian, Yordania menikmati GDP US$ 27  milyar  atau  pendapatan  perkapita  US$  4.435. Namun APBN Yordania masih hampir setengahnya
disumbang oleh pemerintah Amerika Serikat. Ini adalah kompensasi Yordania mau berdamai dengan Israel pada konferensi Madrid tahun 1994. Selain itu Amerika Serikat juga membuat pasar bebas untuk barang-barang Yordania, selama sebagian materialnya dibeli dari Israel!

Pendapatan Yordania sebagian besar didapat dari turisme. Yordania memiliki sejumlah besar wisata sejarah, agama dan alam. Ada kota Petra yang dipahat di bebatuan dan telah berusia lebih dari 2000 tahun. Dan  ada  Laut  Mati  yang  kadar  garamnya  sangat tinggi, sehingga orang tidak bisa tenggelam.

Dari  Indonesia  juga  banyak  biro  travel  yang mengadakan  Umrah  + Yordan.  Kadang  ditambah masjid  Al-Aqsa,  kalau  situasi  di  Yerusalem  yang
dikuasai Israel dinyatakan aman. Di Yordan ini mereka akan diajak napak tilas para Nabi, seperti bukit Nebo –bukit  tempat  Nabi  Musa  melihat  tanah  yang dijanjikan (Palestina) dan gua Ashabul Kahfi.

Kesadaran Islam  kembali  ke  masyarakat Yordania sejak 1980-an, bersamaan dengan gelombang “intifadhah”  di  Palestina  akibat  kekecewaan  pada
perdamaian dengan Israel yang diawali oleh Mesir. Ini antara lain ditandai dengan semakin banyaknya perempuan yang berbusana Muslimah.  Dan mereka ini justru kaum terpelajar (seperti di kampus-kampus universitas)  atau  juga  yang  bekerja!  Di  masjid Universitas Yarmuk, ada bagian khusus untuk perempuan yang nyaris setiap hari penuh oleh sejumlah besar perempuan yang sedang mempelajari Islam.

Di Yordania, politik oposisi telah lama dilarang. Sejak 1950-an, nyaris hanya Ikhawanul Muslimin yang legal sebagai partai politik.  Anehnya, ini hanya politik dari Raja Hussein untuk mendukung Syah Iran yang saat itu dihadapkan pada oposisi Ayatullah Khomeini. Politik ini masih berlanjut ketika terjadi perang Irak-Iran, di mana Yordania seperti negeri-negeri sunni lainnya, ada di pihak Irak.  Secara umum, pemerintah melalui  berbagai  jalur  berusaha  mendorong berkembangnya  Islam  moderat.    Namun  melihat gelombang reformasi Timur Tengah akhir-akhir ini, sepertinya  penguasa  Yordania  mulai  serba  salah. Dibiarkan, mereka bisa tergulung; namun jika ditekan justru bisa meledak.  Namun sebagai sebuah negara, mungkin Jordania terlalu kecil untuk bermetamorfosis menjadi cikal bakal Negara Khilafah, sekalipun konon Hizbut Tahrir berpusat di sana.[]