Beyond the Scientific Way

Fahmi Amhar Official Blog
July 18th, 2010

Filipina – Punya Pahlawan Islam

Masjid di Manila

Masjid di Manila

Filipina, negeri dengan 7.107 pulau di sebelah utara Indonesia.  Kalau mendengar Filipina, kita ingat revolusi menggulingkan Marcos tahun 1986, ingat ketegasan Presiden Gloria Macapagal-Aroyyo kalau sedang membela para migrant worker asal Filipina jika dizalimi di luar negeri, tapi juga ingat penindasan atas kaum muslim di Mindanao Selatan yang tak kunjung usai.

Dari 92 juta penduduk Filipina, hanya 5-10 persen yang Muslim dan mayoritas tinggal di Mindanao, Palawan dan Sulu dan dikenal sebagai Bangsa Moro.  Pasti ada suatu sejarah sehingga saat ini selain Tagalog dan Inggris sebagai bahasa resmi, Filipina memiliki bahasa asing pilihan yaitu Spanyol dan Arab!  Selain itu masih ada sekitar 10 bahasa daerah yang diakui.

Nama “Phillipines” diturunkan dari nama raja Spayol Philip II pada abad-16 yang para pelautnya menemukan kepulauan itu lalu secara sewenang-wenang menyatakan sebagai kepulauan milik Raja Phillip.  Padahal siapakah sebenarnya pemilik sah dari kepulauan itu?

Sejarah Filipina sebelum kedatangan orang-orang Spanyol adalah mirip dengan Nusantara sebelum kedatangan Belanda.   Banyak negara-negara kota atau pulau dengan penguasa para Datu (Datuk), Rajah (Raja) atau Sultan.  Sebagian wilayah pernah dikuasai oleh Raja atau Sultan dari wilayah yang sekarang di luar Filipina, seperti dari Sriwijaya, Majapahit, atau Brunei.

Pada 1380, Karim al Makdum dan Syarif al Hasyim Syed Abu Bakar, pedagang Arab kelahiran Johor datang ke Sulu dan mendirikan Sultanat Sulu dan menghasilkan kemakmuran yang besar dari perdagangan mutiara.

Akhir abad-15 Syarif Muhammad Kabungsuwan dari Johor mendakwahkan Islam di Mindanao dan menikahi puteri Parmisuli dari Mindanao dan mendirikan kesultanan Maguindanao.  Pada abad 15 Islam telah tersebar hingga Visayas dan Luzon, pulau terbesar Filipina.

Raja Sulayman

Monumen Rajah Sulayman di Rizal Memorial Park, Manila

Antara 1485-1521, Sultan Bolkiah dari Brunei mengalahkan dinasti Tondo dan mendirikan Kesultanan Seluron (sekarang Manila) sebagai negara satelit Brunei.

Tahun 1521 penjelajah Spanyol kelahiran Portugis Ferdinand Magellan mendarat di Samar dan Leyte dan mengklaim kedua pulau itu milik Spanyol, tapi kemudian dibunuh oleh tentara dari pulau Mactan yang dipimpin Datu Lapu-lapu.  Sisa pasukan Magellan kabur ke Spanyol dan mempersiapkan armada yang lebih kuat untuk menjajah Filipina.

Tahun 1565 penjelajah Spanyol Miguel Lopez de Legazpi datang dan membentuk permukiman Eropa pertama di pulau Cebu.  Tahun 1571 mereka menyerbu Kesultanan Maynila dan Tondo, dan menyatakan Manila sebagai ibukota “Spanish-East Indies”.  Rajah Sulaiman yang memimpin kesultanan Maynilla mempertahankan kota itu bersama 300 pasukan setianya sampai titik darah penghabisan.

Spanyol lalu memasukkan unsur-unsur Barat seperti hukum Barat, aksara latin, kalender Gregorian dan agama Katholik.  Filipina kemudian menjadi ajang perebutan antara Spanyol, Inggris,  Amerika Serikat, dan Jepang.

Tahun 1872 Jose Rizal dan kawan-kawan membuat gerakan kemerdekaan Filipina.  Karena tulisan-tulisannya dianggap subversif, Rizal dihukum mati pada 30 Desember 1896.   Eksekusi Rizal ini menyulut revolusi yang mengusir Spanyol dari Filipina.  Proklamasi kemerdekaan Filipina dilakukan pada 12 Juni 1898.

Spanyol tidak mampu mempertahankan Filipina karena sedang kewalahan melawan Amerika Serikat dalam perang di Cuba.  Perang ini berakhir dengan perjanjian Paris di mana Spanyol menjual Filipina, bersama Cuba, Puerto Rico dan Guam ke Amerika Serikat dengan harga US$ 20 juta. Kelanjutannya adalah perang antara Filipina melawan Amerika Serikat hingga 1913.  Kemelut dua Perang Dunia membuat Filipina akhirnya baru diakui kemerdekaannya oleh Amerika Serikat pada 4 Juli 1946 setelah Manila hancur dan Amerika mendapat tekanan internasional.  Namun secara politik, Filipina tetap “dikunci” oleh Amerika Serikat hingga hari ini.

Saat ini, penghasilan perkapita Filipina adalah US$ 3.515 per tahun, tetapi melihat kenyataan kehidupan sehari-hari di Manila tidak berbeda jauh dengan Jakarta.  Suasana kumuh, kesemrawutan lalu lintas dan gap kaya – miskinnya nyaris sama.

Di tengah kota Manila terdapat lapangan besar Jose Rizal Memorial Park untuk mengenang pahlawan Filipina terbesar itu.  Di arena itu terdapat patung para pahlawan Islam, seperti Datu Lapu-lapu dan Rajah Sulaiman. []

Tags: , , ,

.

Leave a Reply