Beyond the Scientific Way

Fahmi Amhar Official Blog

Archive for May, 2011

Pembangunan PLTN Butuh Syariah

Tuesday, May 31st, 2011

Oleh: Prof. Dr. Fahmi Amhar, Peneliti Utama Bakosurtanal

Setelah  pantai  Jepara  di  Jawa Tengah,  kini  wilayah  Pulau Bangka telah disurvei oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) sebagai  kandidat  tapak  Pusat Listrik  Tenaga  Nuklir  (PLTN)  mendatang. Alasannya:  (1)  Wilayah  ini  bebas  gempa sehingga membangun PLTN di sana akan relatif aman; (2) Di sini ada potensi bahan Thorium yang dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar PLTN; (3) Di sini saat ini ada krisis  listrik,  karena  BBM  untuk  PLTD kadang-kadang  terlambat  dikirim  akibat cuaca buruk.

Namun alasan-alasan positif ini belum dapat  meyakinkan  masyarakat  agar menerima PLTN.  Ini karena informasi yang diberikan  dirasakan  kurang  berimbang. Lebih-lebih  bila  yang  menyampaikan disinyalir memiliki kepentingan.  Akibatnya informasi  seperti  prasyarat  yang dibutuhkan  atau  dampak  yang  mungkin terjadi tidak pernah diberikan dengan jelas dan tuntas.  Tulisan ini mencoba mengupas secara  singkat,  namun  jelas  dan  tuntas seputar PLTN.

Wajib Kuasai Teknologi Nuklir

Teknologi  nuklir  bersama  teknologi ruang  angkasa  adalah  teknologi  paling strategis sejak abad-20.  Kalau umat Islam terdahulu  sampai  berjalan  jauh  ke  Cina untuk belajar membuat kembang api – lalu mengembangkannya  menjadi  mesiu hingga  meriam  raksasa  (supergun)  saat penaklukan Konstantinopel pada abad 15 M – maka semestinya, teknologi nuklir ini juga  dikuasai  umat  Islam. Hanya  saja negara-negara  maju  tak  akan  rela
keunggulan  mereka  disaingi  negara  lain, sehingga banyak aspek dari teknologi ini dirahasiakan atau dibatasi penyebarannya. Kalaupun  suatu  negara  ditawari  untuk dibangunkan PLTN, maka biasanya negara tersebut hanya mendapatkan jadi, dan lalu timbul  ketergantungan,  entah  pada perawatan atau penyediaan bahan nuklir. Mereka yang berusaha membangun PLTN sendiri, dicurigai sedang membuat senjata nuklir. Contohnya adalah Iran atau Korea Utara.

Memang benar, bahwa barangsiapa mampu membangun PLTN sendiri, maka dia  juga  akan  mampu  membuat  senjata nuklir.  Dalam sejarahnya, Amerika Serikat telah lebih dulu berhasil meledakkan bom atomnya  sebelum  dapat  mengendalikan proses  reaksi  berantai  nuklir  itu  dalam sebuah PLTN. Namun secara syar’i, membangun kemampuan senjata nuklir untuk tujuan menggentarkan musuh (tidak untuk pembantaian massal) adalah justru diperintahkan di dalam Alquran surat al-Anfal ayat 60.

Dan  siapkanlah  untuk  menghadapi mereka  kekuatan  apa  saja  yang  kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak  mengetahuinya;  sedang  Allah
mengetahuinya ….
(Qs. 8:60).

Bagaimana mungkin umat Islam bisa tegas  atau  berwibawa  terhadap  para penjajah seperti Amerika atau Israel yang semua  punya  senjata  nuklir,  kalau  kita belum memiliki senjata yang sama, atau lebih dahsyat?

Alternatif Energi Bersih

Energi nuklir adalah salah satu energi bersih masa depan karena tidak menghasilkan emisi (CO2, SOx, NOx) seperti  halnya PLD atau PLTU.  Tentu saja sebuah PLTN juga menghasilkan limbah, baik itu berupa air hangat  (yang  tidak  radioaktif)  maupun sedikit  limbah  radioaktif  yang  harus disimpan dengan aman di ruang anti radiasi untuk ribuan tahun ke depan.

Namun  untuk  Indonesia,  alternatif sumber energi bersih bahkan terbarukan ini masih banyak. Kita memiliki potensi panas bumi, angin, surya dan laut yang berlimpah. Sekali  lagi  ini  soal  teknologi  yang  akan menentukan  apakah  kita  dapat  segera memanfaatkan semua potensi ini sendiri atau harus menunggu uluran tangan (dan jerat utang) dari bangsa lain.

Wajib Disiapkan Serius

Teknologi  PLTN  adalah  teknologi tinggi. Hal  ini  karena  kebocoran atau kecelakaan dapat berakibat fatal. Bahan radioaktif yang keluar akan memancarkan radiasi sinar Gamma selama ribuan tahun. Bila terkena mahluk hidup, radiasi ini akan merusak  sel,  menyebabkan  kanker  atau kemandulan.  Pada kasus kecelakaan PLTN di Chernobyl tahun 1986, sebuah kota harus dievakuasi dan kota itu hingga kini masih menjadi kota mati.

Untuk itu sebuah PLTN modern harus dibangun  dengan  keamanan  berlapis. Sistem kontrol otomatis disiapkan agar bila ada  sesuatu  yang  tak  wajar,  reaktor otomatis  dimatikan. Masalahnya  adalah bila kelalaian dan korupsi membuat sistem kontrol itu tak lagi berfungsi!  Bangsa kita ini terkenal pintar membangun tetapi malas memelihara. Walhasil,  selain  kecelakaan saat pemboran minyak di Lapindo Sidoarjo yang berakibat keluarnya lumpur panas tak tertangani dari 2006 hingga kini, hampir setiap  hari  kita  mendengar  kecelakaan kereta api, kapal hingga pesawat.

Kita juga wajib menyiapkan agar PLTN tersebut  bila  jadi  dibangun  tidak  makin menjerat kita pada ketergantungan kepada asing, baik dalam bentuk utang, maupun dalam  pengadaan  bahan  bakar  nuklir. Memang Indonesia punya Uranium, tetapi kadarnya  rendah,  sedang  alat  untuk memperkaya  Uranium  termasuk  yang dibatasi,  untuk  mencegah  suatu  negara membangun  senjata  nuklir. Sedang Thorium  yang  konon  berlimpahpun, mungkin belum bisa dimanfaatkan karena hingga kini di dunia belum ada satupun PLTN dengan bahan bakar Thorium.

Perlu Syariat Islam

Kalau syariat Islam diterapkan untuk menyiapkan  PLTN,  insya  Allah  kita  akan mendapatkan SDM yang andal, baik dari ketakwaan,  profesionalisme  maupun semangat juang.  Ini untuk mengantisipasi agar mereka tidak lalai dan tidak korupsi dalam menjalankan pekerjaannya, dan agar mereka  senantiasa  bekerja  keras menguasai  teknologi  dengan  motivasi spiritual. Pekerjaan  nuklir  hanya  sedikit menoleransi kecerobohan (zero-tolerance).

Kemudian  syariat  pula  yang  akan menuntun  agar  sejak  dari  tender, pembebasan tanah, perjanjian dengan luar negeri  terkait  dengan  pembiayaan,  alih teknologi  dan  pengadaan  bahan  bakar, hingga pengurusan limbah radioaktif dapat berjalan dengan transparan, adil, aman, dan
berkelanjutan. Program  komputer yang dipakai di PLTN juga harus open-source, agar dapat kita rawat dan update sendiri, juga dapat diaudit dulu agar tidak disusupi baik oleh “spy-ware” maupun “bom-waktu”.

Hanya dengan syari’ah, sebuah proyek PLTN  akan  aman,  menyejahterakan  dan melindungi  kedaulatan.  Tanpa  syari’ah, PLTN adalah arena mafia, lahan korupsi dan sebuah risiko serius.[]

Islam di Negeri Ashabul Kahfi

Tuesday, May 31st, 2011

Setelah  Tunisia  dan  Mesir,  kini  nyaris  seluruh negeri di Timur Tengah bergolak.  Sudah saatnya kita membahas negeri-negeri ini satu-satu, dari sudut  pandang  yang  lain.  Kerajaan  Hasyimiyah Yordania, (bahasa Arab: أردنّ , Urdunn), ialah sebuah negara di Timur Tengah yang berbatasan dengan Suriah  di  sebelah  utara,  Arab Saudi  di  timur  dan selatan, Irak di timur laut, serta Israel dan Tepi Barat di barat (seberang Laut Mati). Yordania menerima arus pengungsi  Palestina  selama  lebih  dari  60  tahun, menjadikannya  sebagai  penampung  pengungsi terbesar dunia. Menurut catatan PBB, ada sekitar 2 juta pengungsi Palestina dan sejak perang di Irak, jumlah ini bertambah sekitar 1 juta pengungsi Irak. Negara yang miskin bahan tambang ini mengimpor minyak dari tetangganya.

Yordania sebelum Perang Dunia I adalah sebuah provinsi  Khilafah  Utsmaniyah,  kemudian  menjadi jajahan  Inggris,  sebelum  akhirnya  diberi “kemerdekaan”  pada  tahun  1946.  Penduduknya sekitar 6,5 juta orang dengan luas wilayah hanya 92.300 km2 (sebesar Provinsi Sumsel).  Wilayah ini sebagian adalah padang pasir sehingga kota-kotanya relatif berpenduduk padat.

Meski demikian, Yordania menikmati GDP US$ 27  milyar  atau  pendapatan  perkapita  US$  4.435. Namun APBN Yordania masih hampir setengahnya
disumbang oleh pemerintah Amerika Serikat. Ini adalah kompensasi Yordania mau berdamai dengan Israel pada konferensi Madrid tahun 1994. Selain itu Amerika Serikat juga membuat pasar bebas untuk barang-barang Yordania, selama sebagian materialnya dibeli dari Israel!

Pendapatan Yordania sebagian besar didapat dari turisme. Yordania memiliki sejumlah besar wisata sejarah, agama dan alam. Ada kota Petra yang dipahat di bebatuan dan telah berusia lebih dari 2000 tahun. Dan  ada  Laut  Mati  yang  kadar  garamnya  sangat tinggi, sehingga orang tidak bisa tenggelam.

Dari  Indonesia  juga  banyak  biro  travel  yang mengadakan  Umrah  + Yordan.  Kadang  ditambah masjid  Al-Aqsa,  kalau  situasi  di  Yerusalem  yang
dikuasai Israel dinyatakan aman. Di Yordan ini mereka akan diajak napak tilas para Nabi, seperti bukit Nebo –bukit  tempat  Nabi  Musa  melihat  tanah  yang dijanjikan (Palestina) dan gua Ashabul Kahfi.

Kesadaran Islam  kembali  ke  masyarakat Yordania sejak 1980-an, bersamaan dengan gelombang “intifadhah”  di  Palestina  akibat  kekecewaan  pada
perdamaian dengan Israel yang diawali oleh Mesir. Ini antara lain ditandai dengan semakin banyaknya perempuan yang berbusana Muslimah.  Dan mereka ini justru kaum terpelajar (seperti di kampus-kampus universitas)  atau  juga  yang  bekerja!  Di  masjid Universitas Yarmuk, ada bagian khusus untuk perempuan yang nyaris setiap hari penuh oleh sejumlah besar perempuan yang sedang mempelajari Islam.

Di Yordania, politik oposisi telah lama dilarang. Sejak 1950-an, nyaris hanya Ikhawanul Muslimin yang legal sebagai partai politik.  Anehnya, ini hanya politik dari Raja Hussein untuk mendukung Syah Iran yang saat itu dihadapkan pada oposisi Ayatullah Khomeini. Politik ini masih berlanjut ketika terjadi perang Irak-Iran, di mana Yordania seperti negeri-negeri sunni lainnya, ada di pihak Irak.  Secara umum, pemerintah melalui  berbagai  jalur  berusaha  mendorong berkembangnya  Islam  moderat.    Namun  melihat gelombang reformasi Timur Tengah akhir-akhir ini, sepertinya  penguasa  Yordania  mulai  serba  salah. Dibiarkan, mereka bisa tergulung; namun jika ditekan justru bisa meledak.  Namun sebagai sebuah negara, mungkin Jordania terlalu kecil untuk bermetamorfosis menjadi cikal bakal Negara Khilafah, sekalipun konon Hizbut Tahrir berpusat di sana.[]

Bunga dari Negeri Khilafah

Thursday, May 26th, 2011

Dr. Fahmi Amhar

Bunga tulip selalu diasosiasikan dengan Negeri Belanda.  Pada musim semi, sekitar April sampai Mei, di taman Keukenhof Belanda yang seluas 32 hektar, mekar 4 juta kuntum dari 300 jenis tulip.  Luar biasa.  Mungkin inilah secuil taman surga yang digelar Allah di dunia.

Namun tahukah anda bahwa bunga tulip bukanlah asli Belanda?

Suatu riwayat mengatakan bahwa tulip dibawa ke Eropa oleh Oghier Ghislain de Busbecq, duta besar raja Ferdinand I dari Jerman untuk Sultan Sulayman al Qanuni (1520-1566) dari Daulah Utsmani.  Sang duta besar ini amat mengagumi berbagai bunga di Istanbul yang bahkan mekar di tengah musim dingin.

Versi lain mengatakan bahwa bunga ini diperkenalkan ahli botani Universitas Leiden, Carolus Clusius, pada tahun 1573.  Dia mendapat bibit bunga itu dari Austria.  Di Austria, bunga ini diperkenalkan etnis Hungaria.  Dan orang-orang Hungaria ternyata mengenal tulip dari orang-orang Khilafah Utsmaniyah, yang datang membebaskan Hungaria pada awal abad 16!

Ternyata, bunga tulip sebagai tumbuhan liar telah dikenal di Turki pada tahun 1000-an.  Namun adalah Sultan Ahmed III (1718-1730) yang memerintahkan membudidayakan tulip secara massif.  Para pejabat bertugas menilai bagus jeleknya berbagai jenis tulip.  Masa pemerintahan Sultan Ahmaed III ini disebut juga Era Bunga Tulip.

Ilustrasi tulip oleh Abdulcelil Levni (1720)

Era Tulip (dalam bahasa Turki: Lale Devri) adalah periode dalam sejarah Utsmani yang relatif damai, di mana Daulah Utsmani sudah mulai melakukan politik yang lebih berorientasi pada industri dan perdagangan, dan mengurangi tensi terhadap Barat.  Sejak kegagalan expedisi jihad ke Wina Austria pada tahun 1683 Daulah Utsmani telah sejenak melakukan “reses” dari jihad.

Selama periode tulip ini, masyarakat kelas elit telah membentuk minat yang besar untuk tulip.  Tulip identik dengan gaya hidup bangsawan.  Namun tulip juga merupakan romantisme yang mewakili kalangan elit dan kaya, yang pada saat yang sama menunjukkan kerapuhan dari pemerintahan despotik (yakni pemerintahan yang terkonsentrasi di tangan segelintir elit).