Beyond the Scientific Way

Fahmi Amhar Official Blog

Archive for January, 2012

PUISI PENGELANA: PENGUASA SESUNGGUHNYA

Tuesday, January 17th, 2012

PENGUASA SESUNGGUHNYA

Sekarang banyak orang silau,
Jadi pejabat apalagi menteri oh alangkah enaknya,
Dan banyak orang yang risau,
Kenapa bukan dia yang duduk di sana …

Padahal yang sudah pernah di sana tahu faktanya,
Jabatan resmi tidak otomatis berkuasa nyata,
Karena terlalu banyak persoalan tidak dikuasainya,
Terlalu banyak aturan tak pernah dibacanya,
Dia bergantung pada orang-orang di sekelilingnya,
Padahal terlalu banyak orang tidak dikenalnya.

Pejabat yang cuma gila harta dan tahta,
Semua itu tidak memusingkannya,
Tetapi pejabat yang masih punya rasa,
Membuatnya serasa dihimpit benua.

Bayangkan kau jadi menteri ekonomi,
Tetapi semua pidatomu harus dibuatkan Bank Dunia,
Sehingga kalau kau bicara tanpa teks tentang ekonomi rakyat,
Habis itu hampir pasti kau didamprat.

Bayangkan kau jadi menteri olahraga,
Tetapi pembantumu harus ustad-ustad,
Kemudian mereka harus membuka acara,
Festival voli pantai dengan gadis-gadis yang membuka aurat.

Bayangkan kau jadi menteri pendidikan,
Anggaranmu membuat iri semua orang,
Tetapi kau tak kuasa menghentikan acara-acara anti pendidikan,
Yang diumbar di media-media massa atas nama kebebasan.

Bayangkan kau jadi presiden,
Tetapi dua karung surat dari para tokoh dunia tidak pernah disampaikan kepadamu,
Kau juga tidak bebas menghubungi mereka, atau membuka sendiri email mereka,
Dan ketika sebuah dokumen harus kau tanda tangani,
Kau hanya diberi waktu lima menit untuk membacanya,
Itupun kalau dokumen itu sampai ke mejamu.

Siapapun yang memiliki pengaruh,
Yang diikuti oleh pejabat, menteri atau presiden sekalipun,
Suka atau tidak suka
Terlihat kecil ataupun raksasa,
Itulah penguasa yang sesungguhnya,
sekalipun status tidak disandangnya,
sekalipun publik tidak mengenal namanya.

FA

(2009-10-21, ketika nama anggota KIB-2 diumumkan)

PUISI PENGELANA: Cordoba (2)

Sunday, January 15th, 2012

Air mata itu berderai
hati ini seakan pecah
mengenang Khilafah
yang pernah berdiri megah
di sini
di Cordoba

Berabad yang lewat
di Cordoba sejuta ummat
beramal jama’at
mewujudkan masyarakat
dengan pedoman syari’at

Tapi seribu tahun telah berlalu
semilyar hati ‘kali telah lupa
Andalusia
tanah air kita juga

Betapa pendek umur manusia
Lebih pendek lagi ingatan mereka
Palestina, Kashmir, Chechnya, Bosnia
akan menjadi Cordoba lainnya
Bila cakrawala manusia
Berhenti di pagar rumahnya saja

(Cordoba, 8 September 1995)

di Alcazar, taman Cordoba

PUISI PENGELANA: Cordoba (1)

Sunday, January 15th, 2012

Seribu tahun yang lalu
di sini
di Cordoba
berkumandang adzan
setengah juta muslim
berbodong ke masjid
mendengarkan khutbah Jum’ah
langsung dari sang Khalifah

Cordoba kota yang aman
tempat segala bangsa
segala pemeluk agama
terjamin kemerdekaannya
tercukupi kehidupannya
tempat kemajuan peradaban
menyinari penjuru Eropa

Cordoba kota yang asri
Jalan Medina Azzahara yang suci
Sungai Guadalquivir bebas polusi
Taman Alcazar yang berseni
Agar manusia bersyukur pada Ilahi

Namun kini
Cordoba telah berganti
Tak ada adzan, tak ada sholat Jum’ah lagi
Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd atau Ibnu Firnas di manakah kini
Sang Khalifahpun telah lama pergi
Tanpa pengganti
Dan ke dalam masjidpun kini
Tiket masuk harus dibeli

Allah gilirkan kekuasaan di antara bangsa
Allah hanya serahkan pada yang terunggul
meski dari antara ummat manusia
yang tercela

Kaum muslim akhirnya
harus enyah dari Cordoba
bahkan dari Andalusia
Setelah lebih dari limaratus tahun bertahta
karena mereka terlena
dengan kemewahan dunia
karena mereka lupa
pada amanah yang terselip dalam kekuasaannya
karena mereka alpa
tidak melanjutkan syiar agama
padahal masih berjuta
kedzaliman di penjuru buana

Sebelum kiamat tiba
Islam tak akan lenyap dari dunia
Tapi di keluarga kita
di kampung halaman kita
di negeri kita
Islam bisa sirna

Reconquista
Cordoba adalah saksinya
Palestina telah menyusulnya
Kashmir, Chechnya dan Bosnia
baru saja terjadi di depan mata
Akankah kita tetap saja
berpangku tangan jua?

(Cordoba, 8 September 1995)

 

di depan masjid Cordoba