Beyond the Scientific Way

Fahmi Amhar Official Blog
August 4th, 2013

BULAN PERUBAHAN – Ramadhan Hari-25: UBAH VALUASI

fahmi-amhar-ubah-faluasiSesungguhnya tidak ada orang maupun kaum, yang mengalami perubahan nasib tanpa mereka mengubah dulu cara mereka menghargai sesuatu (valuasi).

Apa yang Anda anggap berharga di dunia ini?

Apa yang kira-kira dianggap berharga oleh banyak orang atau oleh pemerintah negara kita?

Untuk melihat seberapa berharga sesuatu, maka kita bisa melihat dari kelangkaannya, dan sejauh mana orang bangga dengannya atau berjuang untuk mendapatkannya atau mempertahankannya.  Bagi pemerintah banyak negara, yang dianggap berharga, dan menjadi indikator keberhasilannya, adalah pertumbuhan ekonomi.  Pertumbuhan ekonomi mencerminkan hasil total kerja keras mereka, kestabilan politik dan keamanannya, kecerdasan rakyatnya, efisiensi birokrasinya, dan sebagainya.

Persoalannya, banyak hal dalam hidup ini yang tidak mudah diukur nilainya dengan satu macam nilai.  Bagaimana kita mengukur harmonisnya sebuah keluarga?  Atau khusyu’nya mereka dalam qiyamul lail?  Atau anak-anak yang dapat berbahagia berlarian bebas di lapangan rumput yang subur sambil main layang-layang?  Atau ikan-ikan yang dapat berenang gembira di taman laut yang tidak tersentuh?

Untuk hal-hal yang memang memiliki nilai madiyah (material value) saja, kita kadang-kadang kesulitan mengukurnya. Berapa nilai hutan kita?  laut kita?  perut bumi kita?  posisi strategis kita di jalur perdagangan dunia?  iklim dan tanah kita yang subur?  kesehatan kita?  pengetahuan kearifan lokal kita?  khasanah kebudayaan kita?  Karena kita sering gagal menghargai dan menghitung nilainya, maka banyak kita ditipu oleh asing dengan istilah-istilah “investasi”.  Padahal yang lebih tepat adalah “gadai murah”.  Kita memberikan hak kepada asing untuk mengeruk kekayaan berlipat ganda dari asset kita itu, karena kita semula menyangka nilainya rendah.

Tetapi dalam penelaahan yang lebih mendalam, kita bahkan memiliki banyak hal yang lebih bernilai lagi.

Ada hal-hal yang hanya memiliki nilai insaninyah (human & social value), tak terukur dengan uang.  Akan kita nilai berapakah keutuhan keluarga kita?  kesetiaan istri kita?  keakraban persaudaraan atau persahabatan kita?  saling percaya di antara masyarakat kita?

Ada juga hal-hal yang hanya memiliki nilai ahlaqiyah (ethical & estetical value), tak terukur dengan uang.  Akan kita nilai berapa pemandangan pantai atau pegunungan yang indah setiap pagi?  angin yang berhembus sepoi-sepoi? Sebuah lukisan kaligrafi karya maestro kenamaan?  Masakan lezat dari seorang super-chef?

Dan ada juga hal-hal yang hanya memiliki nilai ruhiyah (spiritual value), juga tak terukur dengan uang.  Akan kita nilai berapa hidayah sehingga saudara kita akhirnya mau kembali menjalankan sholat?  Berapa kita mau bayar untuk doa yang mustajab?

Semua memiliki valuasi yang berbeda-beda.  Karena kita selama ini digiring oleh sistem kapitalisme untuk hanya fokus pada nilai material, maka kita jadi merasa miskin.  Padahal boleh jadi, kalau valuasi ini kita ubah, kita akan berbeda dalam mengejar nilai-nilai itu, dan juga mempertahankannya.  Kita mengejar kemajuan material, dengan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan, kelestarian lingkungan, dan kekhusyu’an ibadah.

Mestinya Ramadhan adalah bulan untuk mengubah cara kita menghargai berbagai hal dalam hidup kita. Mudah-mudahan, pada hari ke-25 bulan Ramadhan, kita sudah memperbaiki valuasi kita, agar Allah mengubah nasib kita.

Tags: , , ,

.

Leave a Reply