Beyond the Scientific Way

Fahmi Amhar Official Blog

Archive for the ‘SosPol’ Category

Seandainya KITA yang jadi BOSS dan Orang Lain jadi Staff

Wednesday, December 8th, 2010

Bila boss tetap pada pendapatnya, itu berarti beliau konsisten
Bila staff tetap pada pendapatnya, itu berarti dia keras kepala !

Bila boss berubah-ubah pendapat, itu berarti beliau fleksibel.
Bila staff berubah-ubah pendapat, itu berarti dia plin-plan !

Bila boss bekerja lambat, itu berarti beliau teliti.
Bila staff bekerja lambat, itu berarti dia tidak perform !

Bila boss bekerja cepat, itu berarti beliau smart.
Bila staff bekerja cepat, itu berarti dia terburu-buru !

Bila boss lambat memutuskan, itu berarti beliau hati-hati.
Bila staff lambat memutuskan, itu berarti dia telmi !

Bila boss mengambil keputusan cepat, itu berarti beliau berani mengambil keputusan.
Bila staff mengambil keputusan cepat, itu berarti dia gegabah !

Bila boss terlalu berani mengambil resiko, itu berarti beliau risk taking.
Bila staff terlalu berani mengambil resiko, itu berarti dia sembrono !

Bila boss tidak berani mengambil resiko, itu berarti beliau prudent.
Bila staff tidak berani mengambil resiko, itu berarti dia tidak berjiwa bisnis !

Bila boss mem-by pass prosedur, itu berarti beliau proaktif-innovatif.
Bila staff mem-by pass prosedur, itu berarti dia melanggar aturan !

Bila boss curiga terhadap mitra bisnis, itu berarti beliau waspada.
Bila staff curiga terhadap mitra bisnis, itu berarti dia negative thinking !

Bila boss menyatakan sulit, itu berarti beliau prediktif-antisipatif.
Bila staff menyatakan sulit, itu berarti dia pesimistik !

Bila boss menyatakan mudah, itu berarti beliau optimis.
Bila staff menyatakan mudah, itu berarti dia meremehkan masalah !

Bila boss sering keluar kantor, itu berarti beliau rajin ke customer.
Bila staff sering keluar kantor, itu berarti dia sering kelayapan !

Bila boss sering entertainment, itu berarti beliau rajin me-lobby customer.
Bila staff sering entertainment, itu berarti dia menghamburkan anggaran !

Bila boss sering tidak masuk, itu berarti beliau kecapaian karena kerja keras.
Bila staff sering tidak masuk, itu berarti dia pemalas !

Bila boss minta fasilitas mewah, itu berarti beliau menjaga citra perusahaan.
Bila staff minta fasilitas mewah, itu berarti dia banyak menuntut !

………..dan masih banyak lagi.

Bila boss membuat tulisan seperti ini, itu berarti beliau humoris.
Bila staf membuat tulisan seperti ini, itu berarti dia :

  • frustasi
  • iri terhadap karir orang lain
  • negative thinking
  • barisan sakit hati
  • provokasi
  • tidak tahan banting
  • berpolitik di kantor
  • tidak produktif
  • tidak sesuai dengan budaya korporasi

……….dan masih banyak lagi

 

(Source : http://kaskus.us/showthread.php?t=1269852)

Umat Islam di Negeri Plesiran

Thursday, December 2nd, 2010

Dr. Fahmi Amhar

Untuk apa datang ke Orlando, Florida?  Florida adalah sinonim untuk “negeri plesiran”.  Negara bagian Amerika Serikat ini memiliki iklim tropis – sub-tropis, sehingga tetap hangat ketika musim dingin yang menggigil sedang menyelimuti New York atau Washington DC.  Tak heran, di bulan-bulan November hingga Februari nanti, orang-orang dari utara akan berdatangan ke Florida untuk mencari matahari.  Apalagi ke Orlando, kota yang telah disulap menjadi surga rekreasi.  Kota ini memiliki tak kurang dari 100 objek wisata buatan manusia.  Yang besar-besar adalah Universal Studios, Island of Adventures, Walt Disney World, dan Magic Kingdom.  Kalau orang berlibur sebulan ke Orlando, belum habis seluruh objek wisata itu akan dikunjunginya.

Namun demikian, karena penulis datang ke Orlando bukan untuk berlibur, tetapi untuk symposium ilmiah, kesempatan yang ada digunakan sekaligus untuk mencari tahu kondisi umat Islam di Orlando.

Sebenarnya tidak sulit mendapatkan informasi tentang Islamic Center Orlando di internet, yaitu di 11543 Ruby Lake Road Orlando, FL 32836.  Yang tidak mudah adalah menemukan dan mencapai tempat itu dengan angkutan umum, karena posisinya agak di pinggiran kota yang sepi.  Alhamdulillah, tanpa sengaja penulis mendapatkan sopir taksi yang seorang muslim imigran dari Afrika Selatan.  Dan dia sangat mengenal masjid itu.  Penulis terpaksa ambil taksi karena melihat jam sudah mendekati pukul 12, padahal waktu sholat Dhuhur di Orlando adalah pukul 12:10.

Tetapi sampai di masjid ternyata masih sepi.  Ternyata, ibadah Jum’at dipatok dimulai pukul 13:45 untuk khutbah dan sholat pukul 14:00.  Pukul 13:15 ada pengajian dulu selama setengah jam, berikut tanya jawab bila ada.

Ternyata ketika khutbah dimulai, jama’ah sudah membludak sampai halaman luar.  Parkir mobil sampai di jalan-jalan mencapai hampir 500 meter dari masjid.

Dari informasi yang didapatkan, di negeri plesiran ini ada lebih dari seratus ribu muslim, namun baru ada sekitar 20-an masjid (islamic center).  Yang paling berat dirasakan adalah pembinaan anak-anak.  Anak-anak mereka tumbuh di Amerika.  Isi pengajian pra-khutbah tadi juga menyampaikan keprihatinan.  Hasil survei majalah Times 30 Agustus 2010 mengatakan antara lain:

–       75% remaja muslim AS merasa diperlakukan diskriminatif.

–       29% remaja muslim kadang-kadang (terpaksa) menggunakan nama yang tidak khas sebagai muslim.

–       47% mahasiswa muslim di AS minum alkohol.

–       Tahun 2001, 59% publik masih memiliki opini positif tentang Islam, tahun 2005 tinggal 41%, dan tahun 2010 tinggal 30% yang beropini positif.

Sang Imam juga menyampaikan keprihatinan, bahwa mereka sebagai warga negara Amerika Serikat wajib membayar pajak, dan pajak itu dipakai pemerintah Amerika Serikat untuk menjajah dan membunuhi saudara-saudara seiman di luar negeri (Iraq dan Afghanistan).  Untuk itu Amerika harus berubah.

Di samping masjid berdiri Muslim Academy of Great Orlando yang menyelenggarakan pendidikan alternatif dari Taman Kanak-kanak hingga SMA.  Namun masih juga ada kecaman dari kalangan islamophobia yang menuduh bahwa kurikulum sekolah ini sejak kelas 1 SD sudah berbau intoleransi dan kekerasan.

Jama’ah masjid Orlando ini juga menyelenggarakan pengurusan jenazah secara Islam, mulai dari memandikan, mengkafani, membawa jenazah dari rumah sakit ke kuburan, pengurusan sertifikat kematin, penggalian kubur, memasang batu nisan dan penulisan identitas jenazah di atasnya.  Biaya total pengurusan ini mencapai hampir US$ 4000.

 

 

Mengentas Kemiskinan

Tuesday, September 7th, 2010

Prof. Dr. Fahmi Amhar
Lajnah Maslahiyah, DPP Hizbut Tahrir Indonesia

Indonesia, jika menerapkan semua hukum Islam, termasuk dalam keuangannya, niscaya dapat mengatasi kemiskinan.  Namun ketika orang bicara bagaimana Islam mengatasi kemiskinan, umumnya orang hanya terpikir pada zakat.  Sesungguhnya berapa potensi zakat di Indonesia?

Dari 211 juta penduduk Indonesia pada 2003, menurut Primus Dorimulu dalam tulisannya di majalah Investor Edisi 93 – 27 Jan-8 Feb 2004 (http://www.pajak.go.id/ index.asp?pjk=31&idnews=512&idsec=6) diperkirakan punya kemampuan finansial sebagai berikut:

(1) 6-8 juta (3-4%) penduduk yang masuk kategori kaya, dengan asset likuid minimal Rp. 33,2 miliar.   Dengan asumsi 6 orang mewakili satu keluarga kaya, 33% dari jumlah itu muslim (karena sudah terkenal bahwa sebagian besar orang kaya kita adalah Cina yang mayoritas non muslim) serta harta kena zakat sebesar 20% dari asset liquid, maka akan didapat potensi zakat sebesar: 1 juta x 33% x Rp. 33,2 M x 20% x 2.5% = Rp. 54,78 triliun.

(2) 21 juta (10%) penduduk setengah kaya, dengan asset likuid minimal Rp. 4 miliar.  Dengan asumsi 5 orang mewakili satu keluarga setengah kaya, 50% dari jumlah itu muslim serta asset liquid yang kena zakat ada 20%, maka akan didapat potensi zakat sebesar: 4,2 juta x 50% x Rp. 4 M x 20% x 2.5% = 42,00 triliun.

(3) 32 juta (15%) orang kelas menengah dengan pendapatan minimal Rp. 3,5 juta sebulan. Di sini diasumsikan 4 orang per satu keluarga kelas menengah dan 80% muslim (seperti rasio populasi saat ini), maka potensi zakatnya: 8 juta x 80% x 12 bln x Rp 3.5 juta x 2.5% = 6,72 triliun.

(4) 50 juta (40%) penduduk berpendapatan minimal Rp. 800.000–1000.000 sebulan yaitu mayoritas pekerja.  Penghasilan mereka mungkin tidak mencapai nishab meskipun juga belum termasuk mustahiq.  Bila nishab adalah 20 Dinar emas atau 85 gram emas, dengan harga emas saat ini (1 Dinar emas = Rp. 1.500.000) maka nishab itu kira-kira Rp. 30 juta.

Jadi dari zakat saja bisa terkumpul sekitar Rp. 103,5 triliun.  Bila ini dibagikan ke 100 juta orang sisanya yang tergolong mustahiq, maka tiap orang akan mendapat kurang lebih dari Rp 1 juta.  Jumlah yang cukup lumayan bagi mustahiq.

Namun ini jelas belum benar-benar mengentaskan kemiskinan secara tuntas dan berkelanjutan.  Untuk itu sistem ekonomi secara keseluruhan perlu digerakkan.  Pembangunan harus berjalan, mulai dari infrastruktur, lapangan kerja, arus modal, pendidikan, infrastruktur dan sebagainya.  Pada tahun 2010, Negara Republik Indonesia mengerahkan lebih dari Rp. 1000 Trilyun untuk menggerakkan sistem ekonomi.  Jadi jumlah yang didapat dari zakat – kalau ditarik optimal – paling jauh baru 10%.

Untuk itulah, dapat kita katakan bahwa zakat bukanlah pilar ekonomi umat yang utama, apalagi untuk mengentaskan kemiskinan.  Pilar nomor satu tentu saja adalah Sistem Ekonomi Islam (Sistem Ekonomi Syariah) itu sendiri.  Sistem ini mulai dari sistem mata uang yang bebas inflasi (yakni hanya berbasis emas/perak), sistem perbankan non ribawi, sistem permodalan syariah, sistem pertanahan syariah, sistem pengelolaan sumberdaya alam syariah, APBN syariah, dan sebagainya.  Sebagai ilustrasi singkat, bila sumberdaya alam dikelola secara syariah, maka setiap tahun dari sektor kehutanan saja yang dikelola secara lestari sudah akan didapatkan Rp 999 Trilyun (dan ini berkelanjutan), dari migas dan batubara Rp. 641 Trilyun, dari mineral laiin seperti emas Rp. 50 Trilyun dan dari hasil laut Rp. 73 Trilyun.  Dengan pendapatan negara yang sangat besar ini, niscaya sektor pendidikan dan kesehatan dapat digratiskan sepenuhnya, infrastruktur dapat ditingkatkan, alutsista TNI dapat dilengkapi, dan utang negara dapat dilunasi dalam beberapa tahun saja.

Dan bila sistem Islam diterapkan, maka asumsi prosentase muzakki dari kelompok kaya akan terkoreksi, baik dari penduduk muslim yang makin kaya karena mendapat pendidikan dan kesempatan yang lebih fair, maupun dari non muslim kaya yang kemudian terpanggil masuk Islam karena pengaruh dari dakwah yang lebih profesional dan media massa yang sehat karena dibentengi dengan syariah.

(Jurnal Bogor, 7 September 2010 – di edisi cetak ada beberapa text yang tidak dimuat)