Beyond the Scientific Way

Fahmi Amhar Official Blog

PUISI PENGELANA: Istanbul (2)

Tuesday, May 23rd, 2006
Aku duduk di Masjid Biru di seberang Aya Sofia
Tempat Sultan Ahmet dulu duduk bersama rakyatnya
mendengar keluhan mereka
membalasnya dengan visi dan inspirasi fi sabilillah

Aku berdiri di depan Masjid Sulaemania
Tempat Sultan Sulaiman memberangkatkan mujahidinnya
Yang pernah sampai di depan pintu Wina
dengan semboyan
Tanah yang pernah diinjak kuda Sultan adalah bumi Islam

Aku melintasi teluk Tanduk Emas
Sambil terbayang pada Sultan Mehmet al Fatih
Yang menyeberangkan kapal-kapalnya dari Bosporus ke sana
Melewati daratan dan bukit-bukit terjal, tanpa terduga

Aku rindu pada masa-masa
ketika ummat ini masih memiliki kemuliaannya
dengan aqidahnya, syari’atnya, jihadnya
karena itu memunculkan ide-ide cemerlang dari otakknya

Aku ngeri dengan sekulerisme yang menyebar kemana-mana
Laksana virus yang menggerogoti akal dan jiwa manusia
Sehingga mereka selalu mencari hiburan pemuas nafsu dunia
Tapi harkat dirinya masuk ke kerangjang sampah sejarah
Terpuruk dan ternista

(Istanbul, Juli 2004)

PUISI PENGELANA: Istanbul (1)

Tuesday, May 23rd, 2006
Aku berdiri di jembatan antara dua benua
Tempat persilangan sejarah peradaban dunia
Persia, Romania, Helenia, Usmania dan Eropa

Di Aya Sofia, museum yang dulunya masjid dan gereja
Surat-surat Khalifah membuka mata dunia

Tahukah kita
Ketika perlindungan diminta Raja Swedia
saat abad 17 negerinya diserbu Russia?
Ketika para pengungsi Yahudi diberinya tanah dan harta
saat reconquista Spanyol mengusir mereka dari Andalusia?
Ketika korban-korban revolusi Bolschewik di Russia
tahun 1920 masih menganggapnya tempat aman sentosa?
Ketika Amerika yang kelaparan pasca perang saudara
dengan semangat rahmatan lil alamin dibantunya

Kebesaran Khilafah Usmania kini hampir tak bersisa
Selain masjid-masjid tua di segala penjuru kota
Gaya hidup Eropa telah menggila
Tapi di dunia, negeri ini bukan lagi apa-apa

Sekulerisme, atau apapun namanya
Telah menjadi agama barunya
Dan sejarah telah ditelikungnya
Kehebatan toleransi Islam, itu khas Turki katanya

Mustafa Kemal Ataturk telah membuatnya
Lembaga Bahasa yang bertugas menghapus kata-kata
yang dipinjam Turki dari bahasa Arab berabad-abad lamanya
Agar ummat sekarang semakin lupa
Bahwa Turki besar ketika Islam menjadi panglimanya
Dan dunia maju ketika syari’at menjadi aturannya.

Relakah kita terus menerus ditipunya?

(Istanbul, Juli 2004)