Beyond the Scientific Way

Fahmi Amhar Official Blog

BULAN PERUBAHAN – Ramadhan Hari-18: UBAH RELASI

Saturday, July 27th, 2013

fahmi-amhar-ubah-relasiSesungguhnya tidak ada orang maupun kaum, yang mengalami perubahan nasib tanpa mereka mengubah dulu siapa saja relasinya dan bagaimana kualitas hubungannya.

Ada seorang tokoh nasional yang pernah ditanya tentang rahasia suksesnya.  Dia mengatakan ada 5, yaitu: (1) Shahib; (2) Friend; (3) Freund; (4) Kamerad; dan (5) Teman.  Tentunya dia hanya bergurau.  Intinya, keberadaan teman itu luar biasa penting dalam jalan hidup seseorang.  Dan siapa yang akan kita jadikan teman, itu tergantung pilihan kita sendiri.

Rasulullah saw. pernah bersabda “Perumpamaan teman yang shaleh dengan yang buruk itu seperti penjual parfum dan pandai besi. Berteman dengan penjual parfum akan membuatmu harum karena kamu bisa membeli minyak wangi darinya atau sekurang-kurangnya mencium bau wanginya. Sementara berteman dengan pandai besi akan membakar badan dan bajumu atau kamu hanya akan mendapatkan bau tidak sedap.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jadi bagi yang hari ini merasa belum begitu sukses, salah satu yang wajib diubah adalah pilihan teman atau relasinya.  Kalau yang relasinya sudah cukup bagus, maka perlu ditilik ulang, bagaimana kualitas hubungannya.

Orang memilih teman pasti berdasarkan motivasi tertentu.  Ada yang karena orang-orang itulah yang biasa dijumpainya di lingkungannya, baik tetangga, sekolah atau tempat kerja.  Dari yang selingkunganpun, pasti dipilih juga.  Mungkin yang memiliki kesamaan atau kedekatan asal daerah, asal sekolah, hobby atau minat yang sama.

Ada juga yang sengaja mencari teman yang memiliki kekayaan, ilmu atau kedudukan tertentu.  Orang-orang seperti ini suatu saat pasti bermanfaat.  Bisa untuk mengajari bisnis, atau memudahkan mencari bantuan atau sumbangan.  Bisa juga untuk mengajari sesuatu atau mencarikan solusi ketika berhadapan dengan tembok tebal birokrasi. (more…)

BULAN PERUBAHAN – Ramadhan Hari-17: UBAH KOMPETISI

Friday, July 26th, 2013

fahmi-amhar-ubah-kompetisiSesungguhnya tidak ada orang maupun kaum, yang mengalami perubahan nasib tanpa mereka mengubah dulu arena kompetisi yang mereka ikuti.

Semua orang yang sekarang dikenal sebagai tokoh, pasti pernah melalui sebuah kompetisi.  Ilmuwan terkenal biasanya juara di campus, doktor termuda, atau memenangkan suatu research-award dalam persaingan proposal yang ketat.   Artis terkenal biasanya juara kompetisi semacam Indonesian-Idol atau setidaknya lolos audisi yang ketat untuk memerankan tokoh utama.  Politisi terkenal biasanya terpilih dalam suatu kompetisi di internal partai atau bahkan pemilu.  Pendek kata, tidak ada perubahan nasib, kecuali melalui sebuah kompetisi.

Persoalannya, kompetisi seperti apa yang ingin kita lalui ?

Dalam hidup ini, setidaknya ada 2 kompetisi:

Pertama: kompetisi internal, yakni berhadapan dengan diri sendiri.  Ini sebenarnya adalah kompetisi yang paling berat.  Kita diminta mengalahkan diri kita sendiri.  Bisa berarti mengalahkan ego kita, hawa nafsu kita; atau mengalahkan rekord / capaian kita sendiri.  Puasa adalah salah satu cara untuk mengalahkan ego kita.  Tetapi dalam puasa pun kita bisa mengalahkan rekord kita sendiri.  Kalau tahun lalu, selama bulan puasa kita hanya bisa khatam 1 kali, bagaimana kalau kali ini kita khatam 2 kali, atau khatam 1 kali tetapi ditambah khatam membaca tafsirnya?  Kalau tahun lalu kita bisa shadaqah buat buka puasa satu orang sehari, bagaimana kalau tahun ini dua orang per hari ?  Kompetisi internal inilah yang membuat dunia terus maju.  Ketika ada seorang juara dunia lari yang tidak terkalahkan, maka selanjutnya dia hanya memecahkan recordnya sendiri!  (more…)

BULAN PERUBAHAN – Ramadhan Hari-16: UBAH KOMPETENSI

Wednesday, July 24th, 2013

fahmi-amhar-ubah-kopetensiSesungguhnya tidak ada orang maupun kaum, yang mengalami perubahan nasib tanpa mereka mengubah dulu kompetensi yang mereka miliki.

Tidak ada yang meragukan, bahwa untuk hidup dan mengatasi berbagai masalah yang dihadapi, manusia membutuhkan berbagai kompetensi. Persoalannya, banyak yang tidak tahu, kompetensi apa saja yang harus dimiliki, di mana saja belajarnya, dan bagaimana cara menguasainya.

Nabi mengatakan, bahwa tanda-tanda kehancuran sebuah masyarakat adalah ketika suatu urusan diserahkan ke orang yang bukan ahlinya, maksudnya bukan kompetensinya. Karena itu, di negara maju kemudian berkembang sertifikasi kompetensi. Siapapun yang sudah memiliki sertifikasi, diharapkan memang sudah memenuhi syarat kompetensinya. Sayangnya, terlalu banyak sebenarnya urusan dan profesi di dunia ini. Belum terbayang bila semua harus memiliki sertifikasi. Apalagi banyak hal yang berkembang pesat. Seseorang yang 20 tahun yang lalu dianggap kompeten di bidang teknologi informasi atau komputer, bahkan menyandang gelar sarjana komputer, mungkin sekarang sudah hampir tidak mengerti apa-apa lagi, bila ia tidak serius berprofesi di situ dan terus menerus mengikuti perkembangannya.

Namun, meski tanpa sertifikasi, kompetensi tetap mutlak diperlukan. Dan kehidupan menunjukkan bahwa kita memerlukan banyak sekali kompetensi. Bahkan jauh lebih banyak dari yang bisa disediakan oleh dunia pendidikan.

Akibatnya, banyak orang yang berangkat dewasa tanpa kompetensi menjadi dewasa. Mereka tidak menyadari bahwa mereka perlu kompetensi tentang bagaimana terus belajar meski tidak berada di sekolah, dan meski tidak mendapatkan gelar maupun ijazah. Mereka juga sebaiknya punya kompetensi tentang bagaimana mencari kerja atau mendirikan usaha. Mereka perlu kompetensi bagaimana memilih tempat tinggal dan berhubungan dengan tetangga. Mereka perlu kompetensi bagaimana berurusan dengan pemerintah atau penegak hukum. Bahkan mereka juga perlu kompetensi bagaimana meredakan syaraf-syaraf pikiran agar tidak stress, sekaligus meraih energi spiritual dalam ibadah dan ketaatan kepada Sang Pencipta. (more…)